diinfoin – Playboy pecat Mia Khalifa dari daftar pembuat konten mereka. Keputusan itu diambil setelah keturunan Lebanon-Amerika itu dinilai “merayakan” serangan mematikan Hamas terhadap Israel sejak akhir pekan lalu.
“Kami menulis surat ini hari ini untuk memberi tahu keputusan kami mengakhiri hubungan Playboy dengan Mia Khalifa, termasuk menghapus saluran Playboy Mia di platform creator kami,” tulis Playboy seperti diberitakan Variety, Selasa (10/10).
Berdasarkan pemberitaan, laman Mia Khalifa sudah menghilang dan benar-benar tak lagi tersedia di situs Playboy per Selasa waktu AS.
“Selama beberapa hari terakhir, Mia telah melontarkan komentar-komentar yang menjijikkan dan tercela karena merayakan serangan Hamas terhadap Israel dan pembunuhan terhadap pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah,” tulis perusahaan itu.
“Di Playboy, kami mendorong kebebasan berekspresi dan debat politik yang konstruktif, namun kami tidak memiliki kebijakan toleransi terhadap ujaran kebencian. Kami berharap Mia memahami bahwa perkataan dan tindakannya memiliki konsekuensi.”
Sebelumnya, Mia Khalifa menyatakan pembelaannya terhadap rakyat Palestina dalam peperangan yang terjadi antara pihak Israel melawan kelompok militan Hamas.
Di antara unggahan-unggahan di X atau Twitter belakangan ini, Mia menyoroti kehidupan rakyat Palestina yang terus tertindas oleh sikap pemerintah dan militer Israel di tengah konflik yang terus berkecamuk di wilayah Tepi Barat Palestina.
“Jika Anda dapat melihat situasi di Palestina dan tidak berpihak pada Palestina, maka Anda berada di pihak yang salah dalam Apartheid dan sejarah akan terjadi dan menunjukkan itu pada waktunya,” tulis Mia Khalifa.
Dia juga menulis, “Saya tidak percaya rezim Apartheid Zionis dijatuhkan pejuang gerilya yang mengenakan kemeja Gucci palsu – film biografi dari momen-momen ini mencerminkan hal itu dengan lebih baik.”
Pada Minggu (8/10), Mia Khalifa juga berkomentar seperti “Saya hanya ingin memastikan ada rekaman 4K yang menunjukkan orang-orang saya merobohkan tembok penjara, tempat mereka dipaksa keluar rumah, sehingga kami memiliki pilihan yang bagus untuk buku-buku sejarah tentang cara mereka membebaskan diri dari apartheid.”
Diskusikan tentang artikel ini