diinfoin — Dalam acara “Bicang Santai FTG Mengenal Gempa Bumi”, Dicky Muslim, seorang Pakar Kebencanaan Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), menjelaskan tentang gempa bumi beserta mitigasinya.
Menurut Dicky, gempa bumi terjadi ketika ada blok batuan yang saling berimpitan dan dibatasi oleh sebuah bidang sehingga menghasilkan energi. Skala gempa dapat diukur dari tekanan getaran atau guncangan yang dihasilkan, salah satunya adalah magnitudo.
Magnitudo juga dapat menunjukkan seberapa besar kekuatan energi dan dampak yang dihasilkan, dilansir diinfoin.com via Medcom.id.
Selain itu, Dicky juga menjelaskan tentang pusat gempa Cianjur yang multisumber, yaitu Cimandiri dan Cibenang, di mana kedua gempa tersebut melepas energi yang diayun oleh tekanan sehingga terjadi gempa dumplet atau sering disebut gempa susulan.
“Sepanjang pengetahuan umat manusia sampai saat ini, bahkan negara maju itu tidak ada yang bisa memprediksi gempa tetapi kita bisa memtigasi risiko dan dampaknya karena ada beberapa kasus gempa sebelum tsunami kejadiannya beberapa menit sebelumnya,” ungkap Dicky dikutip dari laman unpad.ac.id, Jumat, 31 Maret 2023.
Dicky Muslim menjelaskan bahwa gempa di Cianjur tidak merata karena garis patahan tidak melalui titik tertentu. Sebelumnya, tidak pernah tercatat bahwa Cianjur pernah mengalami gempa besar.
“Gempa tidak menyebabkan kematian, tapi dampak dari runtuh bangunan dan longsor yang perlu kita waspadai,” kata Dicky.
Dicky menyebut saat gempa, penting untuk waspada, tidak panik, tidak berteriak-teriak, menghindari titik-titik yang berpotensi membahayakan, dan lari ke tanah lapang.
Dicky juga menyebutkan bahwa waktu aman untuk keluar setelah gempa adalah 5-10 menit, tetapi tergantung pada lokasi, besaran, dan jenis gempa.
Diskusikan tentang artikel ini